1. Judul : Difusi dan Osmosis
2. Tujuan :
·
Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan
kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.
·
Mengetahui pengaruh larutan hipertonik pada sel
tumbuhan.
3. Tinjauan
Pustaka
Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan
lingkungan luar yang meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup
tumbuhan tersebut. Sel-sel yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar
antara lain sel-sel yang ada di akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke
suluruh tubuh tumbuhan melalui ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo, 1983).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapisan pembatas yang
sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel
yang tersusun atas selusosa, lignin dan polisakarida lain. pada dinding sel
tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan
sel yang lain yang disebut dengan plasmodesmata. Lapisan dalam sel tumbuan
adalah membran sel atau membran plasma (Tim pembina, 2014).
Membran plasma adalah tepi kehidupan, pembatasan yang
memisahkan sel hidup dari lingkungan sekelilingnya. Membran plasma menunjukkan
permeabilitas selektif artinya memungkinkan beberapa zat untuk menembus membran
tersebut secara lebih mudah dari pada zat zat yang lain. Lipid dan protein
adalah bahan penyusun utama membran disamping karbohidrat. Lipid yang paling
melimpah disebagian besar membran adalah fosfolipid. Kemampuan fosfolipid ung
pada untuk membentuk membran merupakan sifan inheren dalam struktur
molekularnya (Campbell, 2008).
Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk ke
dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses
tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk
pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi
partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki
peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.
Difusi terjadi pada semua jenis zat, termasuk gas-gas,
ion-ion dan air. Masuknya air dari luar ke jaringan akar juga merupakan
peristiwa difusi. Air bergerak dari daerah yang airnya lebih banyak ke daerah
yang airnya lebih sedikit. Kandungan air dalam tanah relatif tidak terbatas
(potensial air sebesar-besarnya = mendekati 0) daripada air jaringan akar. Adanya
perbedaan kadar air ini mendorong air berdifusi masuk ke dalam akar.
Keluar masuknya zat-zat serta ion-ion melalui membran
ini dikenal sebagai transportasi zat ke dalam dan keluar sel. Dalam keadaan
istirahat pun, sel tetap melakukan transportasi zat. Zat-zat makanan, air, dan
oksigen secara terus menerus ke dalam sel. Sebaliknya, zat – zat sisa metabolisme harus terus-menerus di keluarkan. Apabila
tidak, zat-zat sisa tersebut akan tertimbun di dalam sel dan dapat menggangu
fungsi sel secara keseluruhan.
Membran sel tersusun dari ± 50 % lipid dan 50 % protein. Karena susunan membran sel yang
demikian, maka membran sel bersifat semipermeable atau selektif permeable.
Artinya membran sel hanya dapat dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang
terlarut di dalamnya. Berdasarkan kebutuhan energinya, materi-materi dapat
bergerak melintasi membran plasma dengan cara transport pasif maupun transport
aktif.
Osmosis merupakan
fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan yang memiliki perbedaan
konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada satu bejana dan
dipisahkan oleh lapisan semipermeabel.
Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi
zat terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi
(Ariyanti, 2011).
Jika sel tumbuhan
diletakkan di larutan terkonsntrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan
air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan
sel dalam kondisi seperti ini akan menjadi layu. Kehilangan air lebih banyak
akan menyebabkan terjadinya plasmolisis (Tim pembina,
2014).
Hu dan Schimidhalder (2005)
dalam Aminah (2013) menyatakan Bila sel tanaman dimasukkan dalam larutan
berkadar garam tinggi, sel tersebut akan mengkerut. Proses ini disebut
plasmolisis sehingga akan meningkatkan kadar garam dalam larutan. Fenomena ini
disebabkan gerakan osmotik dari air melalui dinding sel ke arah larutan yang
berkonsentrasi kadar garam tinggi.
Plasmolisis
adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan
keluarnya sebagian air dari vakuola. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat
permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan
oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi
gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding
dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang
tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah.
Plasmolisis merupakan dampak
dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan
turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma
sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel
dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat
terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan
air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis
dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Protoplasma dapat Keadaan
menahan volume vakuola agar tetap menempel pada dinding sel sehingga
kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding
sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien.
Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya
mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0.
potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial
osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Frank B,
Salisbury. et al.).
4. Metodologi
4.1 Alat dan bahan
Alat
·
Bunsen/ pemanas Listrik
·
Tabung reaksi
·
Gelas kimia atau wadah tahan panas
·
Mikroskop
·
Object glass
·
Cover glass
·
Pipet tetes
·
Pisau silet
Bahan
·
Umbi kunyit
·
Metanol
·
Aseton
·
Aquades
·
Umbi bawang merah (Allium cepa)
·
Daun Rhoeo
discolor
·
Larutan gula
·
Larutan grafis
5. Hasil
Pengamatan
Pengaruh Suhu dan Pelarut
Kelompok
|
Perlakuan
|
Warna Larutan
|
|
5 & 6
|
Fisik
|
400 C
|
+ + +
|
500 C
|
+ +
|
||
700 C
|
+ + + +
|
||
Kontrol
|
Aquades
|
+
|
|
Pelarut Organik
|
Metanol
|
+ +
|
|
Aseton
|
+
|
1. Pembahasan
DIFUSI DAN OSMOSIS
Pada praktikum kali ini kami mengamati mengenai Difusi dan Osmosis yang
mana sub bab nya ialah Permeabilitas membran sel yaitu Pengaruh Suhu dan
Pelarut. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik
(Suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel. Bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini ialah kunyit yang mana dipotong dadu agar
massa pada kunyit tersebut sama. Setelah itu mencuci dengan air mengalir yang
mana bertujuan untuk menghilangkan pigmen yang ada pada permukaan silinder.
Menurut Dwijoseputro (1994),
perbedaan permeabilitas sangat bergantung pada besar kecilnya molekul yang
lewat dan ditentukan dengan besarnya pori-pori membran. Tapi pada membran
plasma sel hidup besarnya molekul tidak berpengaruh, hal ini disebabkan adanya
kaitan antara kelarutan zat dalam salah satu komponen membran.
Pada pengamatan yang pertama yaitu dengan cara perlakuan fisik yang mana
masing-masing kunyit yang telah dipotong, dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
telah berisi suhu-suhu yang berbeda yaitu 700 C, 500 C
dan 400 C selama 1 menit yang mana perbedaan suhu ini digunakan
untuk mengetahui respon membran sel terhadap peningkatan suhu dan mengetahui
perubahan suhu terhadap sel. Pemilihan kunyit yaitu dikarenakan kunyit memiliki
kurkumin yaitu zat warna sejenis karoten yang mana didalam sel yang memberi
warna pada sel terlihat kuning atau oranye. Dengan adanya zat warna tersebut,
respon membran sel terhadap pengaruh suhu dapat diketahui dengan adanya suatu
pergerakkan isi sel (cairan sel) dapat dengan mudah teramati karena adanya
kurkumin tersebut. Setelah 1 jam potongan kunyit terendam dalam aquades bersuhu
kamar, mengamati pengaruh yang terjadi secara fisik.
Berdasarkan pengamatan tersebut membuktikan bahwa suhu mempengaruhi
permeabilitas membran. Adanya suatu perlakuan panas menyebabkan membran sel
menjadi rusak karena protein yang menyusun membran mengalami suatu denaturasi
sehingga pigmen dan isi sel lainnya keluar. Hal ini dibuktikan dengan warna
yang dihasilkan yang mana lebih pekat pada suhu 700 C. Semakin
tinggi suhu perendaman semakin keruh/kuning tua warna aquades dalam tabung
reaksi dan sebaliknya semakin rendah suhu maka warna aquades semakin bening
atau kuning bernih. Hhal ini sesuai dengan teori yang mana menyebutkan bahwa
peningkatan suhu rendaman menyebabkan semakin banyak konsentrasi kurkumin di
dalam larutan, karena terjadi proses pengeluaraan cairan sel dari dalam sel
yang mana dipacu oleh kerusakkan membran plasma.
Pada perendaman aquades tanpa adanya perlakuan suhu diperoleh suatu hasil
bahwa larutan yang dihasilkan ialah kuning bening. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan cairan didalam sel lebih tinggi konsentrasi zat terlarutnya
dibandingkan dengan konsentraasi pada aquades di luar sel, sehingga menyebabkan
terjadinya osmosis dari luar ke dalam sel yang mana melalui membran
semipermeabel dari luar ke dalam sel. Warna kuning bening itu nampak pada
pelarut bukan dari dalam sel kunyit tersebut melainkan berasal dari sel yang
pecah karena adanya pengirisan dan pembentukkan balok kunyit sehingga kurikumin
dari sel yang pecah tersebut larut dalam aquades. Karena adanya peristiwa
osmosis dari luar ke dalam sel maka menyebabkan tidak adanya isi sel yang
keluar dari dalam sel tersebut.
Selanjutnya pada perendaman aquades dengan pengaruh suhu 400C
pada hasil pengamatan menunjukkan warna kuning dengan tingkat warna + + +, pada
suhu 500C menunjukkan warna kuning dengan tingkat + + dan pada suhu
700C menunjukkan warna kuning keruh pada tingkat warna + + + +. Hal
ini kurang sesuai dengan teori karena pada suhu 500C warna pada
aquades menurun dalam arti warna yang dikeluarkan tidak sebanyak pada suhu 400C.
Teori menyebutkan bahwa suhu yang tinggi menyebabkan protein dan lipid penyusun
membran plasma terdenaturasi sehingga menyebabkan membran plasma rusak dan
bersifat tidak semipermeabel, sehingga dengan adanya perbedaan konsentrasi ini
menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel ke cairan diluar yang mana lebih
rendah dengan cara difusi. Sehingga dapat dikatakan bahwa sesuai dengan teori.
Tingkat kekuningan itu menunjukkan seberapa besarnya rusaknya membran plasma.
Pengaruh perendaman dengan suhu 400C merupakan suatu batas toleransi
enzom termasuk didalamnya yaitu protein yang mana bekerja dengan baik namun
tidak maksimal.
Pengaruh suhu 500C, menunjukkan warna yang lebih jernih, hal
ini tidak sama dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi suhu makan air
akan semakin keruh karena telah banyak komponen pada membran plasma yang mana
seperti lipid dan protein yang rusak sehingga permeabilitas membran sangat
lemah yang mana menyebabkan cairan di dalam sel keluar ke aquades secara difusi
karena adanya perbedaan konsentrasi larutan. Ketidaksesuaian dengan praktikum
kemungkinann terjadi karena prosedur kerja yang salah. Pengaruh suhu 700C,
menunjukkan warma kuning pekat lebih keruh dari pada suhu 400C. Hal
ini terjadi karena komponen membran plasma rusak keseluruhan, sehingga sel
kehilangan permeabilitasnya dan mentebabkan adanya cairan didalam sel keluar ke
aquades secara difusi karena tejadinya suatu perbedaan konsentrasi larutan yang
signifikan.
Pada perlakuan berikutnya yaitu
dengan pelarut organik yang mana seperti; Metanol dan Aseton. Metanol merupakan
suatu senyawa alkohol yang mana bersifat polar, sehingga mampu melarutkan
senyawa organik seperti membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organik
penyusun membran sel yang juga bersifat polar pada bagian luar cenderung saling
berikatan dengan senyawa polar sehingga larut di dalam metanol. Apabila di
lihat dari sifat kimia metanol, menyebabkan membran sel dan dinding sel lebih
cepat untuk rusak dan kehilangan permeabilitasnya, sehingga menyebabkan cairan
sel keluar dari dalam sel keluar sel secara difusi karena adanya perbedaan
konsentrasi dengan aquades pada bagian luar sel. Pada saat kunyit diletakkan
pada metanol warna yang dihasilkan ialah oranye
+ + yang mana artinya bahwa tiingkat kerusakkan membran sel yang tinggi.
Perlakuan berikutnya ialah dengan aseton yang mana menyebabkan warna yang
dihasilkan berwarna kuning jernih (bening), apabila dibandingkan dengan hasil
dari perendaman metanol yang mana warna yang dihasilkan lebih keruh. Aseton
merupakan senyawa aljohol yang mana bersifat polar dan dapat berikatan dengan
membran sel, yang mana apabila dibandingkan dengan metanol, aseton tidak dengan
cepat berikatan dengan membran plasma karena gugus OH pada aseton lebih panjang
dan memerlukan waktu yang lama untuk beikatan dengan membran plasma. Rusaknya
sebagian komponen pada membran menyebabkan membran berlubang dan terjadinya
difusi pada membran yang rusak. Didalam sel pada kunyit memiliki konsentrasi
yang tinggi dan pada luar sel memiliki konsentrasi rendah sehingga cairan sel keluar
dari sel. Hal ini terbukti dengan adanya suatu perubahan warna pada aquades
dari bening menjadi kuning jernih.
PLASMOLISIS
Pada percobaan ini kami mengamati mengenai pengaruh larutan hipotonik
pada sel tumbuhan yaitu plasmolisis yang mana terpisahnya membran plasma dari
dinding sel. Praktikum ini dilakukan dengan cara mengambil lapisan dalam dari
umbi bawang merah serta bagain yang berwarna ungu pada Rhoeo discolor. Kemudian kedua sayatan ini nantinya akan diberi
larutan glukosa dan membiarkannya selama 10-15 menit untuk menunggu proses
plasmolisisnya. Pada keadaan ini sayatan yang berada pada objek gelas tidak
ditutup dengan cover glass agar selama proses plasmolisis sempurna terjadi
tanpa ada tindihan dari cover glass, apabila cover glass dipasang maka proses
plasmolisis akan terganggu karena cairan yang akan keluar dari sel sedikit
banyak terhalangi oleh adanya cover glass. Setelah 15 menit sayatan dibiarkan
dengan larutan gula, kemudian sayatan tersebut diamati di mikroskop untuk
mengetahui apa saja yang terjadi pada sel tersebut. Setelah di amati, larutan
gula diserap dengan menggunakan kertas tissue yang kemudian sayatan akan
ditetesi dengan larutan aquades. Larutan aquades ini dibiarkan pada objek glass
tempat sayatan berada selama 15 menit. Setelah itu praktikan mengamati lagi
dibawah mikroskop untuk mengetahui perbedaan antara sayatan pada saat di beri
glukosa dengan saat sayatan saat diberi aquades. Larutan glukosa dibuat untuk
membuat adanya perbedaan antara konsentrasi larutan antara di luar dan di dalma
sel. Sehingga larutan gula bersifat hipertonis dan cairan sel bersifat
hipotonis.
Hasil perendaman larutan gula selama 10 hingga 15 menit pada sel
epidermis daun Rhoeo discolor dan epidermis umbi lapis bawang merah menunjukkan
terpisahnya membran plasma dengan dinding sel. Hal ini ditandai dengan adanya
ruang kosong tidak perpigmen diantara dinding sel dan membran plasma. Ruang
kosong ini disebabkan karena keluarnya cairan sel dari dalam sel keluar sel
karena adanya konsentrasi larutan di luar sel yang mana lebih tinggi sehingga
cairan pada sel keluar dari dalam sel secara eksosmosis.
Setelah mengamati plasmolisis, larutan glukosa dihilangkan dengan cara
menggunakan kertas hisap dan diganti dengan aquades. Setelah proses perendaman
selama 10-15 menit dan diamati dibawah mikroskop sel yang mengalami plasmolisis
kembali tidak mengerut dan membran plasma memenuhi dinding sel tanpa adanya
ruang kosong. Hal ini ditandai dengan adanya pigmen warna sel yang mana mengisi
penuh seluruh bagian sel. Proses ini menyebabkan sel mengalami deplasmolisis,
yaitu kembalinya sel kebentuk semula dimana membran plasma memenuhi dinding
sel. Proses ini dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi pelarut antara
diluar dan didalam sel, yang mana larutan diluar sel bersifat hipotonis dan
didalam sel bersifat hipertonis sehingga terjadi perpindahan sel secara osmosis
dari luar sel kedalam cairan sel dan menyebabkan cairan sel bertambah dan
memenuhi seluruh bagian sel tanpa adanya rongga kososng seperti plasmolisis.
Apabila proses ini terjadi secara lama maka akan menyebabkan cairan didalam sel
sesak karena aquades terus menerus mendesak masuk kedalam sel.
Sebagai pembanding maka merendam epidermis bawang merah dan daun Rhoeo
discolor pada larutan grafis. Larutan grafis yang mana bersifat isotonis, yaitu
konsentrasi larutannya sama dengan konsentrasi larutan di dalam sel, yang mana
menyebabkan sel akan tetap mengandung cairan dan tidak mengalami plasmolisis
maupun kelebihan cairan. Waktu perendaman berpengaruh pada hasil pengamatan
pada proses plasmolisis dan deplasmolisis, yang mana pada plasmolisis semakin
lama waktu perendaman semakin banyak cairan didalam sel yang keluar dan rongga
antara dinding sel dan membran plasma semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Sedangkan pada deplasmolisis semakin lama waktu perendaman semakin banyak
cairan didalam sel yang terisi dan rongga antara dinding sel dan membran plasma
semakin kecil. Apabila perendaman pada plasmolisis dan deplasmolisis seharusnya
digunakan dengan lama waktu yang sama maka respon yang dihasilkan juga akan
sama, sehingga sel dapat terlihat kembali ke bentuk semula.
2. Penutup:
a. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini
dapat disimpulkan bahwa, Pengaruh faktor fisik terhadap permeabilitas membran
menunjukkan semakin tinggi suhu, semakin rusak permeabilitas membran dan
larutan pada aquades semakin kuning dan keruh. Sedangkan pengaruh faktor kimia
menunjukkan lebih kuning larutan pada rendaman metanol dari pada larutan aseton
karena struktur kimia dan gugus OH pada metanol lebih sederhana dan mudah
berikatan dengan komponen membran sel.
Pengamatan selanjutnya yaitu
mengenai pengaruh larutan hipertonis pada sel tumbuhan yang mana dapat
disimpulkan bahwa larutan hipertonis pada sel tumbuhan dapat menyebabkan
plasmolisis yang mana berarti lepasnya membran sel dari dinding sel, sedangkan
pengaruh larutan hipotonis pada sel tumbuhan menyebabkan cairan didalam sel
berlebih dan sel akan mengembang.
b. Saran
Seharusnya alat
praktikum seperti mikroskop dapat dilengkapi.
MGM Grand Casino - MapyRO
BalasHapusGrand Casino is a 원주 출장마사지 luxurious resort 오산 출장안마 located off of 강원도 출장마사지 The Strip and near the city Center. It is conveniently located just 광양 출장안마 a few steps 제천 출장안마 from the Las Vegas