:D

Minggu, 24 September 2017

Mencoba Mendekat dengan BATIGA

kali ini mau ngebahas tentang BATIGA.....

udah ada yang pernah denger????? atau pertama kali denger niii.....???
yaps... buat kalian yg baru pertama kali denger, BATIGA merupakan sebuah band dari YOGYAKARTA (JOGJA bener2 ISTIMEWA bangeeetttt punya band2 keren pake bangeeetttt)
okay lanjjjuuuuttt...

Nama Batiga sendiri punya kepanjangannn tersendiiirii yaitu Balada hati galau(hehehhe bener gak nii mas Oca) buat kebenarannya bs Kroscek ke vokalis Batiga sendirii ya heheh.. 

Formasi dari band ini ialah

Riosa Oktaf as Vocalist
Andreas DC as bassist
Yunan Patrajuangga as keyboardist
Luke Ottaviandri as gitarist
Talcha Sultanik as drummer

Genre dari band ini ialah Pop, dan mereka sudah mengeluarkan beberapa laguu diantaranya; 
Berharap, Cinta diam-diam, Percuma dan Hey jomblo dan pada tahun ini penikmat musik Indonesia kembali lagi di sapa dengan lagu terbaru mereka dengan judul "Cinta bertuan" usut punya usuut niii mereka bakalan ngeluarin album yang akan dirilis di taun 2018.... (yeyeyeyyeye)
"Setiap apa yang kita jalani dalam kehidupan ini pasti berujung pada keindahan, bergantung pada sudut pandang kita dalam memandang dan menerima sesuatu yang kita alami," ungkap mas Yunan tentang lirik lagu Cinta bertuan dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Kompas.com pada Kamis (27/7/2017).



Yups.... sedikit duluu cerita dari Batiga masih akan cerita selanjutnyaaa di post berikutnyaaa....

buat kalian yang mau lebih akrab atau pengen tau mereka bisa langsung kepoin di
Youtube Batiga official
Twitter @Batigaofficial
Instagram @Batiga_official @yunanpatrajuangga @andreasdc @riosaoktaf @lukeottaviandri 
@talchasultanik

to be continue.....

(ps; foto by google) ^^ see yaaa thankyou sudah membacaaa.....

Laporan Fisiologi Tumbuhan Difusi Osmosis

1.      Judul        : Difusi dan Osmosis

2.      Tujuan      :

·         Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.
·         Mengetahui pengaruh larutan hipertonik pada sel tumbuhan.

3.      Tinjauan Pustaka
Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang meliputi air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel yang bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan melalui ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo, 1983).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapisan pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selusosa, lignin dan polisakarida lain. pada dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel yang lain yang disebut dengan plasmodesmata. Lapisan dalam sel tumbuan adalah membran sel atau membran plasma (Tim pembina, 2014).
Membran plasma adalah tepi kehidupan, pembatasan yang memisahkan sel hidup dari lingkungan sekelilingnya. Membran plasma menunjukkan permeabilitas selektif artinya memungkinkan beberapa zat untuk menembus membran tersebut secara lebih mudah dari pada zat zat yang lain. Lipid dan protein adalah bahan penyusun utama membran disamping karbohidrat. Lipid yang paling melimpah disebagian besar membran adalah fosfolipid. Kemampuan fosfolipid ung pada untuk membentuk membran merupakan sifan inheren dalam struktur molekularnya (Campbell, 2008).
Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.
Difusi terjadi pada semua jenis zat, termasuk gas-gas, ion-ion dan air. Masuknya air dari luar ke jaringan akar juga merupakan peristiwa difusi. Air bergerak dari daerah yang airnya lebih banyak ke daerah yang airnya lebih sedikit. Kandungan air dalam tanah relatif tidak terbatas (potensial air sebesar-besarnya = mendekati 0) daripada air jaringan akar. Adanya perbedaan kadar air ini mendorong air berdifusi masuk ke dalam akar.
Keluar masuknya zat-zat serta ion-ion melalui membran ini dikenal sebagai transportasi zat ke dalam dan keluar sel. Dalam keadaan istirahat pun, sel tetap melakukan transportasi zat. Zat-zat makanan, air, dan oksigen secara terus menerus ke dalam sel. Sebaliknya, zat – zat sisa metabolisme harus terus-menerus di keluarkan. Apabila tidak, zat-zat sisa tersebut akan tertimbun di dalam sel dan dapat menggangu fungsi sel secara keseluruhan.
Membran sel tersusun dari ± 50 % lipid dan 50 % protein. Karena susunan membran sel yang demikian, maka membran sel bersifat semipermeable atau selektif permeable. Artinya membran sel hanya dapat dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang terlarut di dalamnya. Berdasarkan kebutuhan energinya, materi-materi dapat bergerak melintasi membran plasma dengan cara transport pasif maupun transport aktif.
Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan yang memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada satu bejana dan dipisahkan  oleh lapisan semipermeabel. Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi (Ariyanti, 2011).
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan terkonsntrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini akan menjadi layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis (Tim pembina, 2014).
Hu dan Schimidhalder (2005) dalam Aminah (2013) menyatakan Bila sel tanaman dimasukkan dalam larutan berkadar garam tinggi, sel tersebut akan mengkerut. Proses ini disebut plasmolisis sehingga akan meningkatkan kadar garam dalam larutan. Fenomena ini disebabkan gerakan osmotik dari air melalui dinding sel ke arah larutan yang berkonsentrasi kadar garam tinggi.
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah.
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Protoplasma dapat Keadaan menahan volume vakuola agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Frank B, Salisbury. et al.).

4.      Metodologi
4.1 Alat dan bahan
Alat
·         Bunsen/ pemanas Listrik
·         Tabung reaksi
·         Gelas kimia atau wadah tahan panas
·         Mikroskop
·         Object glass
·         Cover glass
·         Pipet tetes
·         Pisau silet
Bahan
·         Umbi kunyit
·         Metanol
·         Aseton
·         Aquades
·         Umbi bawang merah (Allium cepa)
·         Daun Rhoeo discolor
·         Larutan gula

·         Larutan grafis
5. Hasil Pengamatan
Pengaruh Suhu dan Pelarut
Kelompok
Perlakuan
Warna Larutan
5 & 6
Fisik
400 C
+ + +
500 C
+ +
700 C       
+ + + +
Kontrol
Aquades
+
Pelarut Organik
Metanol
+ +
Aseton
+
1.      Pembahasan
DIFUSI DAN OSMOSIS
Pada praktikum kali ini kami mengamati mengenai Difusi dan Osmosis yang mana sub bab nya ialah Permeabilitas membran sel yaitu Pengaruh Suhu dan Pelarut. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik (Suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah kunyit yang mana dipotong dadu agar massa pada kunyit tersebut sama. Setelah itu mencuci dengan air mengalir yang mana bertujuan untuk menghilangkan pigmen yang ada pada permukaan silinder.
Menurut Dwijoseputro (1994), perbedaan permeabilitas sangat bergantung pada besar kecilnya molekul yang lewat dan ditentukan dengan besarnya pori-pori membran. Tapi pada membran plasma sel hidup besarnya molekul tidak berpengaruh, hal ini disebabkan adanya kaitan antara kelarutan zat dalam salah satu komponen membran.
Pada pengamatan yang pertama yaitu dengan cara perlakuan fisik yang mana masing-masing kunyit yang telah dipotong, dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi suhu-suhu yang berbeda yaitu 700 C, 500 C dan 400 C selama 1 menit yang mana perbedaan suhu ini digunakan untuk mengetahui respon membran sel terhadap peningkatan suhu dan mengetahui perubahan suhu terhadap sel. Pemilihan kunyit yaitu dikarenakan kunyit memiliki kurkumin yaitu zat warna sejenis karoten yang mana didalam sel yang memberi warna pada sel terlihat kuning atau oranye. Dengan adanya zat warna tersebut, respon membran sel terhadap pengaruh suhu dapat diketahui dengan adanya suatu pergerakkan isi sel (cairan sel) dapat dengan mudah teramati karena adanya kurkumin tersebut. Setelah 1 jam potongan kunyit terendam dalam aquades bersuhu kamar, mengamati pengaruh yang terjadi secara fisik. 
Berdasarkan pengamatan tersebut membuktikan bahwa suhu mempengaruhi permeabilitas membran. Adanya suatu perlakuan panas menyebabkan membran sel menjadi rusak karena protein yang menyusun membran mengalami suatu denaturasi sehingga pigmen dan isi sel lainnya keluar. Hal ini dibuktikan dengan warna yang dihasilkan yang mana lebih pekat pada suhu 700 C. Semakin tinggi suhu perendaman semakin keruh/kuning tua warna aquades dalam tabung reaksi dan sebaliknya semakin rendah suhu maka warna aquades semakin bening atau kuning bernih. Hhal ini sesuai dengan teori yang mana menyebutkan bahwa peningkatan suhu rendaman menyebabkan semakin banyak konsentrasi kurkumin di dalam larutan, karena terjadi proses pengeluaraan cairan sel dari dalam sel yang mana dipacu oleh kerusakkan membran plasma.
Pada perendaman aquades tanpa adanya perlakuan suhu diperoleh suatu hasil bahwa larutan yang dihasilkan ialah kuning bening. Hal ini dapat terjadi dikarenakan cairan didalam sel lebih tinggi konsentrasi zat terlarutnya dibandingkan dengan konsentraasi pada aquades di luar sel, sehingga menyebabkan terjadinya osmosis dari luar ke dalam sel yang mana melalui membran semipermeabel dari luar ke dalam sel. Warna kuning bening itu nampak pada pelarut bukan dari dalam sel kunyit tersebut melainkan berasal dari sel yang pecah karena adanya pengirisan dan pembentukkan balok kunyit sehingga kurikumin dari sel yang pecah tersebut larut dalam aquades. Karena adanya peristiwa osmosis dari luar ke dalam sel maka menyebabkan tidak adanya isi sel yang keluar dari dalam sel tersebut.
Selanjutnya pada perendaman aquades dengan pengaruh suhu 400C pada hasil pengamatan menunjukkan warna kuning dengan tingkat warna + + +, pada suhu 500C menunjukkan warna kuning dengan tingkat + + dan pada suhu 700C menunjukkan warna kuning keruh pada tingkat warna + + + +. Hal ini kurang sesuai dengan teori karena pada suhu 500C warna pada aquades menurun dalam arti warna yang dikeluarkan tidak sebanyak pada suhu 400C. Teori menyebutkan bahwa suhu yang tinggi menyebabkan protein dan lipid penyusun membran plasma terdenaturasi sehingga menyebabkan membran plasma rusak dan bersifat tidak semipermeabel, sehingga dengan adanya perbedaan konsentrasi ini menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel ke cairan diluar yang mana lebih rendah dengan cara difusi. Sehingga dapat dikatakan bahwa sesuai dengan teori. Tingkat kekuningan itu menunjukkan seberapa besarnya rusaknya membran plasma. Pengaruh perendaman dengan suhu 400C merupakan suatu batas toleransi enzom termasuk didalamnya yaitu protein yang mana bekerja dengan baik namun tidak maksimal.
Pengaruh suhu 500C, menunjukkan warna yang lebih jernih, hal ini tidak sama dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi suhu makan air akan semakin keruh karena telah banyak komponen pada membran plasma yang mana seperti lipid dan protein yang rusak sehingga permeabilitas membran sangat lemah yang mana menyebabkan cairan di dalam sel keluar ke aquades secara difusi karena adanya perbedaan konsentrasi larutan. Ketidaksesuaian dengan praktikum kemungkinann terjadi karena prosedur kerja yang salah. Pengaruh suhu 700C, menunjukkan warma kuning pekat lebih keruh dari pada suhu 400C. Hal ini terjadi karena komponen membran plasma rusak keseluruhan, sehingga sel kehilangan permeabilitasnya dan mentebabkan adanya cairan didalam sel keluar ke aquades secara difusi karena tejadinya suatu perbedaan konsentrasi larutan yang signifikan.
 Pada perlakuan berikutnya yaitu dengan pelarut organik yang mana seperti; Metanol dan Aseton. Metanol merupakan suatu senyawa alkohol yang mana bersifat polar, sehingga mampu melarutkan senyawa organik seperti membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organik penyusun membran sel yang juga bersifat polar pada bagian luar cenderung saling berikatan dengan senyawa polar sehingga larut di dalam metanol. Apabila di lihat dari sifat kimia metanol, menyebabkan membran sel dan dinding sel lebih cepat untuk rusak dan kehilangan permeabilitasnya, sehingga menyebabkan cairan sel keluar dari dalam sel keluar sel secara difusi karena adanya perbedaan konsentrasi dengan aquades pada bagian luar sel. Pada saat kunyit diletakkan pada metanol warna yang dihasilkan ialah oranye  + + yang mana artinya bahwa tiingkat kerusakkan membran sel yang tinggi.
Perlakuan berikutnya ialah dengan aseton yang mana menyebabkan warna yang dihasilkan berwarna kuning jernih (bening), apabila dibandingkan dengan hasil dari perendaman metanol yang mana warna yang dihasilkan lebih keruh. Aseton merupakan senyawa aljohol yang mana bersifat polar dan dapat berikatan dengan membran sel, yang mana apabila dibandingkan dengan metanol, aseton tidak dengan cepat berikatan dengan membran plasma karena gugus OH pada aseton lebih panjang dan memerlukan waktu yang lama untuk beikatan dengan membran plasma. Rusaknya sebagian komponen pada membran menyebabkan membran berlubang dan terjadinya difusi pada membran yang rusak. Didalam sel pada kunyit memiliki konsentrasi yang tinggi dan pada luar sel memiliki konsentrasi rendah sehingga cairan sel keluar dari sel. Hal ini terbukti dengan adanya suatu perubahan warna pada aquades dari bening menjadi kuning jernih.
PLASMOLISIS
Pada percobaan ini kami mengamati mengenai pengaruh larutan hipotonik pada sel tumbuhan yaitu plasmolisis yang mana terpisahnya membran plasma dari dinding sel. Praktikum ini dilakukan dengan cara mengambil lapisan dalam dari umbi bawang merah serta bagain yang berwarna ungu pada Rhoeo discolor. Kemudian kedua sayatan ini nantinya akan diberi larutan glukosa dan membiarkannya selama 10-15 menit untuk menunggu proses plasmolisisnya. Pada keadaan ini sayatan yang berada pada objek gelas tidak ditutup dengan cover glass agar selama proses plasmolisis sempurna terjadi tanpa ada tindihan dari cover glass, apabila cover glass dipasang maka proses plasmolisis akan terganggu karena cairan yang akan keluar dari sel sedikit banyak terhalangi oleh adanya cover glass. Setelah 15 menit sayatan dibiarkan dengan larutan gula, kemudian sayatan tersebut diamati di mikroskop untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada sel tersebut. Setelah di amati, larutan gula diserap dengan menggunakan kertas tissue yang kemudian sayatan akan ditetesi dengan larutan aquades. Larutan aquades ini dibiarkan pada objek glass tempat sayatan berada selama 15 menit. Setelah itu praktikan mengamati lagi dibawah mikroskop untuk mengetahui perbedaan antara sayatan pada saat di beri glukosa dengan saat sayatan saat diberi aquades. Larutan glukosa dibuat untuk membuat adanya perbedaan antara konsentrasi larutan antara di luar dan di dalma sel. Sehingga larutan gula bersifat hipertonis dan cairan sel bersifat hipotonis.
Hasil perendaman larutan gula selama 10 hingga 15 menit pada sel epidermis daun Rhoeo discolor dan epidermis umbi lapis bawang merah menunjukkan terpisahnya membran plasma dengan dinding sel. Hal ini ditandai dengan adanya ruang kosong tidak perpigmen diantara dinding sel dan membran plasma. Ruang kosong ini disebabkan karena keluarnya cairan sel dari dalam sel keluar sel karena adanya konsentrasi larutan di luar sel yang mana lebih tinggi sehingga cairan pada sel keluar dari dalam sel secara eksosmosis.
Setelah mengamati plasmolisis, larutan glukosa dihilangkan dengan cara menggunakan kertas hisap dan diganti dengan aquades. Setelah proses perendaman selama 10-15 menit dan diamati dibawah mikroskop sel yang mengalami plasmolisis kembali tidak mengerut dan membran plasma memenuhi dinding sel tanpa adanya ruang kosong. Hal ini ditandai dengan adanya pigmen warna sel yang mana mengisi penuh seluruh bagian sel. Proses ini menyebabkan sel mengalami deplasmolisis, yaitu kembalinya sel kebentuk semula dimana membran plasma memenuhi dinding sel. Proses ini dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi pelarut antara diluar dan didalam sel, yang mana larutan diluar sel bersifat hipotonis dan didalam sel bersifat hipertonis sehingga terjadi perpindahan sel secara osmosis dari luar sel kedalam cairan sel dan menyebabkan cairan sel bertambah dan memenuhi seluruh bagian sel tanpa adanya rongga kososng seperti plasmolisis. Apabila proses ini terjadi secara lama maka akan menyebabkan cairan didalam sel sesak karena aquades terus menerus mendesak masuk kedalam sel.
Sebagai pembanding maka merendam epidermis bawang merah dan daun Rhoeo discolor pada larutan grafis. Larutan grafis yang mana bersifat isotonis, yaitu konsentrasi larutannya sama dengan konsentrasi larutan di dalam sel, yang mana menyebabkan sel akan tetap mengandung cairan dan tidak mengalami plasmolisis maupun kelebihan cairan. Waktu perendaman berpengaruh pada hasil pengamatan pada proses plasmolisis dan deplasmolisis, yang mana pada plasmolisis semakin lama waktu perendaman semakin banyak cairan didalam sel yang keluar dan rongga antara dinding sel dan membran plasma semakin besar, begitu pula sebaliknya. Sedangkan pada deplasmolisis semakin lama waktu perendaman semakin banyak cairan didalam sel yang terisi dan rongga antara dinding sel dan membran plasma semakin kecil. Apabila perendaman pada plasmolisis dan deplasmolisis seharusnya digunakan dengan lama waktu yang sama maka respon yang dihasilkan juga akan sama, sehingga sel dapat terlihat kembali ke bentuk semula.
2.      Penutup:
a.       Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa, Pengaruh faktor fisik terhadap permeabilitas membran menunjukkan semakin tinggi suhu, semakin rusak permeabilitas membran dan larutan pada aquades semakin kuning dan keruh. Sedangkan pengaruh faktor kimia menunjukkan lebih kuning larutan pada rendaman metanol dari pada larutan aseton karena struktur kimia dan gugus OH pada metanol lebih sederhana dan mudah berikatan dengan komponen membran sel.
Pengamatan selanjutnya yaitu mengenai pengaruh larutan hipertonis pada sel tumbuhan yang mana dapat disimpulkan bahwa larutan hipertonis pada sel tumbuhan dapat menyebabkan plasmolisis yang mana berarti lepasnya membran sel dari dinding sel, sedangkan pengaruh larutan hipotonis pada sel tumbuhan menyebabkan cairan didalam sel berlebih dan sel akan mengembang.
b.      Saran
Seharusnya alat praktikum seperti mikroskop dapat dilengkapi.

Laporan PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI

PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI
II.            TUJUAN
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
III.         DASAR TEORI
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan,yaitu berupa cairan, uap atau gas. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan (Sasmitamihardja, 1996).
Penguapan air dari tumbuhan disebut transpirasi (Salisbury, 1995). Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air dari batang dan daun tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan dari batang sangatlah sedikit, kehilangan air terbesar dari proses transpirasi terjadi melalui daun (Tim pembina, 2014).
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem (Loveless, 1991: 97).
Proses penurunan kehilangan air juga dapat dilakukan dengan penutupan stomata, penggulungan daun dan penurunan potensial air daun. Penurunan potensial air daun mungkin dapat dilakukan dengan peningkatan perubahan tekanan turgor, yang sangat tergantung pada elastisitas dinding sel, atau perubahan potensial osmotik, yang sangat tergantung pada konsentrasi larutan dalam sel (Chaves et al. 2003 dalam Adisyahputra 2011). Kehilangan air daun juga dapat dicapai dengan memperkecil luas permukaan daun dan  mereduksi konduktansi stomata (Rauf & Sadaqat 2008 dalam Adisyahputra 2011).
Pada  musim  panas,  transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dikatakan nol (Fried, 2005 dalam Putra 2013). Air yang diserap tumbuhan sebagian kecil digunakan untuk proses metabolisme dan dipertahankan di dalam sel untuk membentuk turgor sel, namun sebagian besar akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Hilangnya air ke atmosfer dapat terjadi melalui proses transpirasi, gutasi, sekresi, dan perdarahan. Transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari batang dan daun tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan dari batang sangatlah sedikit, kehilangan air terbesar dari proses transpirasi terjadi melalui daun (Hanum, 2008).
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Berdasarkan atas sarana yang digunakan untuk melaksanakan transoirasi tersebut dikenal dengan istilah transpirasi stomata, trnaspirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daun dijumpai stomata paling banyak. Jika dibandingkan dengan transpirasi yang lain, transpirasi stomata paling banyak dilakukan (Sasmitamihardja, 1996).
Konduktan stomata rendah dapat menurunkan laju transpirasi sehingga air yang berada dalam mesofil daun dapat dimanfaatkan secara efisien pada proses fotosintesis (Zakaria, 1999) lebih lanjut oleh Gardner dkk (1991) dalam Nasaruddin (2006) mengemukakan konduktan stomata yang rendah  menyebabkan  suhu daun meningkat  sebab  transpirasi  rendah melalui permukaan daun. Stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan (dalam batas tertentu) dan peningkatan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih  banyak  kelembaban  sehingga transpirasi  meningkat  dan  akan mempengaruhi bukaan stomata (Salisbury dan Ross, 1995 dalam Nasaruddin (2006)).
Tingginya aktivitas fotosintsis juga dipengaruhi  oleh  suhu  di  sekitar pertanaman. Suhu akan meningkatkan perkembangan tanaman sampai pada batas tertentu. Suhu optimum untuk fotosintesis tergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Untuk tanaman kakao kisaran suhu optimum antara 26oC- 32oC. Peningkatan suhu dalam batas tertentu akan merangsang bukaan stomata untuk menyerap CO2 ke dalam mesofil daun. CO2 merupakan bahan  baku  sintesis  karbohidrat, kekurangan  CO2 akan  menyebabkan penurunan laju fotosintesis (Nasaruddin, 2006).


















IV.             METODE PENELITIAN
4.1       Alat dan Bahan
·              Alat
a)      Mikroskop
b)      Rak tabung
c)      Gunting tanaman
d)     Ember
e)      Gelas ukur 10 ml
f)       Timbangan

·              Bahan
a)      Batang pacar air (Impatiens balsamina)
b)      Batang Bauhinia sp.
c)      Minyak kelapa
d)     Kuteks bening
e)      Kertas grafik
f)       Kertas kuarto

g)      Air
Kel
Tumbuhan
Perlakuan
Laju Transpirasi
(ml/menit)
Jumlah
Stomata
(mikroskop)
Jumlah Stomata/mm2
Luas daun
Waktu
T
(ml)
G
(ml)
K
T
G
T
G
T
G
A
B
A
B
A
B
A
B
3 & 4
PACAR AIR
5
2
0
0
0,024
0,0016
1956,36
314,1
2956
2697
0,785
3,14
0,785
0,785
10
0
0
15
1
0,2
20
0
0
25
0
0
7 & 8
Bauhinia sp.
5
0,1
0,2
0
0,008
0,0016
68
81
3
11
30171,2
3592,2
591,6
2169,2
10
0
0,2
15
0,1
0,2
20
0
0,2
25
0
0,2
IV. HASIL PENGAMATAN
KETERANGAN
W= WAKTU  T= TERANG G= GELAP K= KONTROL A= ATAS B= BAWAH
II.                PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai proses penguapan air pada tumbuhan melalui proses transpirasi. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya proses transpirasi.  Dalam praktikum ini digunakan alat dan bahan antara lain yaitu gelas ukur, pisau, gunting, timbangan, mikroskop, kaca benda, kaca penutup dan bahan – bahan yang dibutuhkan adalah batang Impatiens balsamina dan Bauhinia sp., minyak kelapa, kertas kuarto, kertas grafik dan kuteks bening.
            Langkah – langkah dalam melakukan praktikum kali ini adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu mengisi 2 buah gelas ukur dengan air masing – masing sebanyak 7 ml, kemudian memotong batang Impatiens balsamina dan Bauhinia sp. di dalam air. Kemudian pada masing – masing gelas ukur diberi minyak kelapa hingga permukaan air tertutup oleh minyak. Setelah itu, 1 gelas ukur yang berisi tumbuhan diberi perlakuan yaitu diletakkan di luar ruangan yang terkena sinar matahari dan gelas ukur yang lain tetap diletakkan di dalam laboratorium. Hal ini dilakukan agar didapatkan perbandingan kecepatan transpirasi tumbuhan yang berkaitan dengan ada atau tidaknya cahaya matahari. Percobaan ini dilakukan selama 25 menit dan setiap 5 menit dihitung dan dilihat berkurangnya air pada gelas ukur dan hasilnya dituliskan pada tabel hasil pengamatan. Setelah itu meletakkan gelas ukur pada tempat yang teduh dan tempat terang, pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar  pengaruh cahaya terhadap tingkat transpirasi air pada daun. Laju transpirasi dihitung dengan melihat berkurangnya air pada gelas ukur seiring dengan waktu tertentu. Kemudian setelah data diperoleh, melakukan perhitungan stomata dengan menggunakan kuteks bening agar stomata mudah terlihat tanpa melibatkan proses pengirisan di mikroskop. Selain bertujuan untuk mempermudah langkah kerja, pemberian kuteks tidak merusak sel daun terutama pada epidermis yang didalamnya terdapat stomata, dengan mengggunakan kuteks bentuk stomata dapat dengan utuh terlihat sesuai dengan kondisinya. Sehingga penggunaan kuteks bening ini utuk mengamati stomata adalah teknik yang paling efisien.
Transpirasi adalah proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam transpirasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh struktur anatomi daun (jumlah stomata tiap satuan luas permukaan daun, ukuran tumbuhan, sel daun mempunyai potensial osmotik tinggi), kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Pada percobaan ini untuk membuktikan apakah transpirasi dipengaruhi oleh besar kecilnya daun, jumlah stomata per satuan luas permukaan atas dan bawah daun, jumlah daun, serta luas daun, sedangkan tebal tipisnya daun dan kelembaban tidak diukur.
Pemberian minyak kelapa ini bertujuan agar air tidak mengalami penguapan dan akhirnya dapat diketahui penguapan air yang terjadi hanya karena aktivitas tumbuhan atau dengan kata lain untuk menutupi air sehingga air tidak dapat menguap secara bebas melainkan air akan stabil terserap karena tumbuhan. Sedangkan pemotongan batang di dalam air ini berfungsi untuk mencegah timbulnya rongga udara di dalam xylem, selain itu juga untuk menjaga agar tanaman tetap segar .
Dalam mengetahui pengaruh sinar matahari terhadap kecepatan transpirasi, maka pada praktikum kali ini praktikan meletakkan gelas ukur yang telah berisi tumbuhan pada dua tempat yang berbeda, yaitu pada tempat teduh (dalam ruangan) serta tempat terik (diluar ruangan yang terdapat sinar matahari). Dalam setiap interval waktunya praktikan selalu mencatat perubahan voleme air yang terjadi. Penghitungan volume dilakukan dengan cara membaca volume yang sudah tertera pada gelas ukur berdasarkan tinggi air yang tersisa. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya daun terhadap proses transpirasi, maka praktikan melakukan pengukuran luas daun.
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu luas kertas utuh yang mana pada kelas A menggunakan kertas A4, kemudian menimbang massa kertas serta menimbang massa jiplakkan pada daun. Setelah diperoleh suatu hasil, maka hasil inilah merupakan Luas daun. Sedangkan dalam mencari laju trasnpirasinya dengan rata-rata interval (ml) dibagi dengan jumlah waktu selama 25 menit. Sehingga dalam hal ini diperoleh suatu satuan untuk laju traspirasi yaitu dalam ml/menit.
Pada kelompok 3 & 4 mengamati mengenai laju transpirasi pada Impatiens balsamina yang mana ada 2 perlakuan yang dilakukan yaitu menaruh medium yang ingin diamati pada tempat teduh dan satunya lagi pada tempat terang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan peletakkan kedua perlakuan tersebut. Berdasarkan dengan hasil pengamatan diperoleh laju transpirasi yang mana dinyatakan dengan volume pada pacar air menunjukkan bahwa volume dan kecepatan menyerap air di tempat teduh lebih tinggi dari pada ditempat terik. Pada laju traspirasi terang ialah 0,024ml/menit dan luas daunnya ialah 109,7 mm2, sedangkan pada laju transpirasi malam hari ialah 0,0016 ml/menit dan luas daunnya ialah 73,14 mm2.
Dalam hal ini kelompok 3 & 4 sesuai dengan literatur, yang mana pada kondisi terang lebih luas dari pada pada tempat teduh. Daun yang mana relatif melebar memiliki suatu kemampuan untuk menangkap cahaya yang lebih banyak dibandingkan daun yang memiliki ukuran yang sempit. Apabila permukaan daun semakin besar maka, transpirasi yang terjadi pada tumbuhan yang memiliki luas permukaan yang luas lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan yang memiliki luas permukaan yang cenderung kecil. Dalam hal ini stomata merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menjalankan suatu proses transpirasi. Hal ini dapat terjadi karena pada proses transpirasi berlangsung melalui stomata. Apabila stomata membuka maka terjadilah suatu proses transpirasi, sebaliknya apabila stomata menutup maka proses transpirasi tidak terjadi.
Pada kelompok 7 & 8 mengamati mengenai laju transpirasi pada Bauhinia sp. yang mana terdapat 2 perlakuan yang sama dengan kelompok 3&4 yaitu mengamati pada tempat teduh dan pada tempat gelap. Berdasarkan dengan data yang diperoleh maka pada kondisi terang,  kelompok 7&8 laju transpirasinya ialah 0,0016 m/menit sedangkan luas daun keadaan terang 348,3 mm2 dan pada kondisi teduh laju transpirasinya 0,008 m/menit serta sedangkan luas daun keadaan gelap 154,8 mm2. Berdasarkan dengan data tersebut maka pada kelompok 7&8 ini tidak sesuai dengan literatur, yang mana karena daun pada kondisi teduh lebih luas dan laju transpirasi lebih cepat dibandingkan dengan pada kondisi terang.
Setelah selesai mengamati laju trasnpirasi pada kedua bahan maka mengamati dibawah mikroskop dengan memberi kuteks pada daun bagian atas dan bawah. Setelah melakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan melihat stomata pada bagian atas dan bawah daun, maka melakukan suatu perhitungan untuk mengetahui jumlah stomata. Pada kelompok 3 & 4, daerah terang pada epidermis atas ialah 139,74 buah stomata sedangkan pada epidermis bawah ialah 34,9 buah stomata. Pada kelompok 7 & 8, daerah terang pada epidermis atas 30171,2 buah stomata dan pada epidermis bawah ialah 35939,2 buah stomata. Pada daerah teduh jumlah stomata pada kelompok  3&4 pada epidermis atas ialah 2946 buah stomata dan 2697 buah stomata pada epidermis bawah. Sedangkan pada kelomppok 7&8 pada epidermis atas ialah 591,6 buah stomata dan 2169,2 buah stomata pada epidermis bawah. Berdasarkan dengan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada kondisi terang Bauhinia sp. lebih banyak memiliki stomata dibandingkan dengan Impatiens balsamina yang mana terlihat bahwa lebih sedikit. Namun pada kondisi teduh Impatiens balsamina  lebih banyak memiliki stomata dibandingkan dengan Bauhinia sp.  Pada pengamatan tersebut maka, dapat dilihat bahwa jumlah stomata sangat mempengaruhi suatu proses dan kecepatan transpirasi. Sehingga semakin banyak stomata maka semakin cepat laju proses transpirasi.
III.                  PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang diamati mengenai “Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi“ dapat disimpulkan, proses membuka dan menutupnya stomata terjadi karena perubahan atau adanya pengaturan turgor sel penutup. Tekanan turgor terbentuk oleh adanya aliran air dari sel-sel sekitarnya. Keluar masuknya air dari dan ke sel penutup pada dasarnya adalah peristiwa osmosis (difusai air melalui membran). Masuknya air secara osmotik ke sel penutup membuat stoma membuka. Sebaliknya, stoma akan menutup seiring dengan keluarnya air dari sel penutup ke sel-sel sekitarnya. Banyak faktor mempengaruhi aktivitas buka-tutupnya stomata. Kondisi lingkungan tersebut antara lain seperti konsentrasi CO2, suhu, kelembaban udara, intensitas pencahayaan, dan kecepatan angin. Faktor yang mempengaruhi dalam praktikum kali ini ialah;
1.      Faktor dari luar tumbuhan
a.       Cahaya
b.      Termperatur
c.       Kelembaban
d.      Angin
e.       Penyerapan air
f.       Ketersediaan air
2.      Faktor dari dalam tumbuhan;
(i)                 Laju permukaan daun
(ii)               Stomata
(iii)             Jumlah daun
(iv)             Struktur anatomi
(v)               Sel daun mempunyai potesial osmotik tinggi
7.2 Saran
Sebaiknya sebelum asisten menyuruh untuk membawa tumbuhan, ada kalanya sudah ditentukan terlebih dahulu sehingga bahan yang dibawa praktikum tidak sia-sia. Serta mikroskop dapat diperlengkapi karena masih ada mikroskop yang tidak bisa melakukan perbesaran tinggi serta sedikitnya jumlah mikroskop membuat praktikan lama untuk melakukan pengamatan. ^_^